Senin, 14 November 2011

PENDIDIKAN PANCASILA

 Nama              : Sutan Tito Simanjuntak
Nim                 : 309 122 056
M.Kuliah        : Filsafat Pendidikan


Pancasila  di  Perguruan  Tinggi  dikaji  secara  menyeluruh  sebagai  satu
kesatuan  sila-ideologis  bangsa/negara  Indonesia
. Pancasila  sebagai  ideologi
berhakikat  sebagai  sistem  nilai  bangsa  Indonesia. Sistem  nilai  seperti  ini dipandang oleh studi filsafat yang secara historik digali pada budaya bangsa dan ditempa  oleh  penjajahan,  yang  kemudian  diterapkan  pada  wilayah  yuridiskenegaraan  sebagai  pedoman  bermoral,  berhukum,  dan  berpolitik  dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal itu sebagai hasil konsensus-nasional bangsa Indonesia melalui sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia   (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945.
A. Hakikat Pancasila
Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai: (a) pandangan hidup bangsa, (b) dasar negara, dan (c) tujuan nasional (negara). Sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4 (yang saat ini dicabut oleh   MPR hasil Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut  dilaksanakan  dalam  bentuk  Anggaran-Dasar  (AD)  bagi  masing-masing organisasi sosial-politik (seperti Ormas, LSM, Parpol) dan Kode-Etik (KE) bagi masing-masing  organisasi  profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI, Ikahi) yang teknis-operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART).
Sebagai dasar negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh  UUD  1945,  yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Peraturan Perundang-undangan (Tap. MPR, UU, PP, Keppres, Perda, dst.) yang teknis operasionalnya  berbentuk  Surat-Edaran (SE)  berupa Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) atau Petunjuk Teknis   (Juknis).
Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas) yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk   Repetanas (seperti APBN) yang teknis-operasionalnya berupa   Proyek (seperti DIP/DUK, DIK, DIKS).
Dengan  demikian,  hakikat  pandangan  hidup  Pancasila  berbentuk  pada
norma moral bangsa Indonesia; hakikat dasar negara Pancasila berbentuk pada
norma hukum negara Indonesia; dan hakikat tujuan nasional/negara Pancasila
berbentuk pada norma politik (kebijakan) pembangunan nasional Indonesia. Pemahaman tersebut bersumber pada kerangka dan substansi nilai-nilai yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945.
Pembukaan ini merupakan Teks Proklamasi Kemerdekaan NKRI yang lengkap dan terinci. Teks Proklamasi itu sendiri lahir melalui proses sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dari   yang   semula   sebagai   budaya   suku-suku asli,   berkembang   dalam   budaya kerajaan-kerajaan besar (Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dst), kemudian dipengaruhi
oleh budaya agama-agama/penjajah-penjajah, sampai akhirnya dipengaruhi pula
oleh  ideologi-ideologi  besar  dunia (bahkan  sampai  kini  di  era  globalisasi informasi).   Jadi, hakikat Pancasila (demikian pula UUD 1945) tidak lahir secara mendadak, tetapi mereka ditempa oleh sejarah lahirnya Indonesia sebagai suatu bangsa.
B. Filsafat (Nilai-nilai) Pancasila
Secara filsafat, Pancasila merupakan sistem-nilai-ideologis yang berdera- berderajat.     Artinya, di dalamnya terkandung nilai-luhur (NL), nilai-dasar (ND), nilai-instrumental (NI), nilai-praksis (NP), dan nilai-teknis (NT). Agar ia dapat menjadi ideologi bangsa dan  negara  Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis/berkembang, NL dan ND-nya harus dapat bersifat tetap, sementara NI, NP, dan NT-nya harus semakin dapat direformasi sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman.

1 komentar: