Senin, 21 November 2011

Filsafat Pendidikan


Yudha G Dermawan
309122060
     Pengertian filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Kata filsafat yang dalam bahasa inggris philisophy, dan dalam bahasa arab falsafah, yang keduanya berasal dar bahasa yunani yakni, philosophia yang terdiri dari 2 kata yakni philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Etimologinya berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Orang yang senang dengan filsafat dan membidangi filsafat atau ahli filsafat atau filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali digunakan oleh Pythagoras(582-496 SM). Pada awal mula digunaka filsafat, artinya belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas para ahli berikutnya seperti oleh kaum sophist dan juga oleh Socrates (470-399 SM).

Ciri-ciri berfikir filosfi :
Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
Berfikir secara sistematis
Menyusun suatu skema konsepsi, dan Menyeluruh. 


Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat. 


Beberapa ajaran filsafat yang  telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam
Asemesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi.
Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia. 


Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
Sebagai dasar dalam bertindak.
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. 

            Pengertian filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

PENGERTIAN FILSAFAT

Pemikiran Para Ahli Filsafat Yunani Kuno
            Istilah filsafat memiliki cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Para filsuf alam mengemukakan pandangannya tentang dasar atau asal mula segala sesuatu serta peristiwa yang terdapat dalam alam ini. Asal atau dasar segala sesuatu ialah air menurut Thales, udara menurut Anaximenes, api menurut Herakleitos, bilangan atau angka menurut pendapat Phytagoras, atom-atom dan ruang kosong menurut pendapat Leukippos dan Demokritos, dan empat unsur utama menurut pendapat Empedokles. Pandangan lain dikemukakan oleh tiga orang filsuf besar, yaitu Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Bagi Sokrates yang merupakan asas hidup manusia adalah jiwa. Plato berpendapat adanya dunia ide yang merupakan dasar dari segala realitas yang tampak, sedangkan Aristoteles mengemukakan pentingnya logika bagi perkembangan pemikiran manusia menuju kepada kebenaran.
Beberapa Pandangan dan Cabang Filsafat
            Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realitas yang fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah adanya kecenderungan dari kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal yang bersifat spiritual. Humanisme memiliki dua arah, yakni humanisme individu dan humanisme sosial. Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat, dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu kealaman. Humanisme sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia. Aliran empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman.
            Dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang berarti post to experience. Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Kritisisme menjembatani kedua pandangan yaitu rasionalisme dan empirisme. Empirisme menghasilkan keputusan-keputusan yang bersifat sintetis yang tidak bersifat mutlak, sedangkan rasionalisme memberikan keputusan yang bersifat analitis. Berpikir merupakan proses penyusunan keputusan yang terdiri dari subjek dan predikat. Konstruktivisme intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya.
             Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau bagian filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu. Epistemologi membahas hal-hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan. Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata. Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kepada kebenaran. Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitikberatkan pembahasannya pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalam kehidupan masyarakat. Estetika menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat llmu membahas hakikat ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan alas realitas yang dipersoalkan.


FILSAFAT PENDIDIKAN

            Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Pernyataan secara filosofi apam itu pendidikan harus diangkat pada level konsep yang tinggi, sehingga terlepas pengertian yang hanya melihat pendidikan sebagai kegiatan belajar mengajar saja dan suatu usaha membantu orang lain menjadi manusia terdidik, dan ini muncul sebagai fenomena sosial. Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberidentitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat’cross culture’, artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan kjonsep yang lebih luas dan lintas cultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan.
Filsafat dilihat dari fungsinya secar praktis adalah sebagai sarana bagi manusia untuk dapat memecahkan berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya, termasuk dalam problematika dibidang pendidkan. Karena itu, bila dihubungkan dengan masaklah pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa filsafat pendidikan merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagi tecapsinya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Oleh karena itu filsafat pendidikan dapat dikatakan ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisis filosofi dalam lapangan pendidikan.
Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti;
ü      Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya sebagai tujuanya
ü      Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima dan melaksanakan pendidikan
ü      Hakikat masyarakat, karenapendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses sosial
ü      Hakikat realiotas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya
Filsafat pendidikan berusaha mencari yang fundamentalyang berkaitan dengan proses pendidikan, mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Sehingga filsafat pendidikan berkaitan dengan apa, mengapa, bagaimana, dan untuk apa(tujuan) pendidikan itu?

Beberapa aliran filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme. 


            Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks.  Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.


  ESENSIALISME DAN PERENIALISME
  
            Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.



            Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.


            Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai ya   ng telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.


            Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.


Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas) 


            Adapun norma fundamental pendidikan menurut  J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.



  
PENDIDIKAN NASIONAL
  
            Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.


            Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia.


            Pengertian filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

PENGERTIAN FILSAFAT



Pemikiran Para Ahli Filsafat Yunani Kuno
            Istilah filsafat memiliki cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan. Para filsuf alam mengemukakan pandangannya tentang dasar atau asal mula segala sesuatu serta peristiwa yang terdapat dalam alam ini. Asal atau dasar segala sesuatu ialah air menurut Thales, udara menurut Anaximenes, api menurut Herakleitos, bilangan atau angka menurut pendapat Phytagoras, atom-atom dan ruang kosong menurut pendapat Leukippos dan Demokritos, dan empat unsur utama menurut pendapat Empedokles. Pandangan lain dikemukakan oleh tiga orang filsuf besar, yaitu Sokrates, Plato, dan Aristoteles. Bagi Sokrates yang merupakan asas hidup manusia adalah jiwa. Plato berpendapat adanya dunia ide yang merupakan dasar dari segala realitas yang tampak, sedangkan Aristoteles mengemukakan pentingnya logika bagi perkembangan pemikiran manusia menuju kepada kebenaran.
Beberapa Pandangan dan Cabang Filsafat
            Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realitas yang fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah adanya kecenderungan dari kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal yang bersifat spiritual. Humanisme memiliki dua arah, yakni humanisme individu dan humanisme sosial. Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat, dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu kealaman. Humanisme sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia. Aliran empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman.
            Dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang berarti post to experience. Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Kritisisme menjembatani kedua pandangan yaitu rasionalisme dan empirisme. Empirisme menghasilkan keputusan-keputusan yang bersifat sintetis yang tidak bersifat mutlak, sedangkan rasionalisme memberikan keputusan yang bersifat analitis. Berpikir merupakan proses penyusunan keputusan yang terdiri dari subjek dan predikat. Konstruktivisme intinya adalah bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungannya.
             Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau bagian filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu. Epistemologi membahas hal-hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan. Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata. Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kepada kebenaran. Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitikberatkan pembahasannya pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalam kehidupan masyarakat. Estetika menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat llmu membahas hakikat ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan alas realitas yang dipersoalkan

FILSAFAT PENDIDIKAN

            Filsafat Pendidikan sebagai disiplin ilmu tujuan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan
            Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme, humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral.
            Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi- pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
            Suatu usaha untuk mengatasi persoalan-persoalan pendidikan tanpa menggunakan kearifan (wisdom) dan kekuatan filsafat ibarat sesuatu yang sudah ditakdirkan untuk gagal. Persoalan pendidikan adalah persoalan filsafat. Pendidikan dan filsafat tidak terpisahkan karena akhir dari pendidikan adalah akhir dari filsafat, yaitu kearifan (wisdom). Dan alat dari filsafat adalah alat dari pendidikan, yaitu pencarian (inquiry), yang akan mengantar seseorang pada kearifan.
            Filsafat secara ringkas berkenaan dengan pertanyaan seputar analisis konsep dan dasar-dasar pengetahuan, kepercayaan, tindakan, dan kegiatan. Jadi dalam filsafat terkandung pengertian dua hal, yaitu (1) analisis konsep, dan (2) pendalaman makna atau dasar dari pengetahuan dan sejenisnya. Dengan menganalisis suatu konsep, hakikat makna suatu kata dieksplorasi baik secara tekstual dengan padanannya maupun juga secara kontekstual dalam penggunaannya. Sehingga akan terkuak dimensi-dimensi moral yang khas dalam pemakaiannya, yang membedakannya dari kata yang lainnya.
            Jadi, memasukkan makna suatu kata sebagai konsep yang khas dalam kesadaran sehingga memiliki asumís-asumsi moral guna membantunya lebih cermat dalam fungsionalisasinya.
            Analisis konseptual akan mengantar kita pada setidaknya 2 hal penting: (1) memungkinkan kita melihat secara lebih jernih bagaimana suatu konsep terkait tidak saja dengan konsep-konsep lainnya tetapi juga dengan bentuk- bentuk kehidupan sosial yang berada pada jaringan asumsi-asumsi yang saling bertautan seperti tanggung jawab manusia, hak-hak yang terkait dengan kewenangan, dan peran penderitaan dalam kehidupan kita. Hal tersebut akan mengantar kita pada pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan sosial kita. (2) dengan memahami struktur konseptual tertentu, akan memungkinkan kita untuk bisa mencermati asumsi-asumsi moral terkait isu yang ada.
A.    Filsafat pendidikan  sebagai sistem
Filsafat ditandai dengan pemunculan atau sistem pemikiran yang dihasilkan oleh para pemikir filsuf besar seperti Socrates, Plato,Aristoteles,Thomas Aquinas, Spinoza,Hegel,Karlmax, August Comte. Filsaafat pendidikan sebagai mana cabang filsafat lainya mencakup sekurang-kurangnyatiga cabang utama dari filsafat pendidikan yajkni; ontologi, epistomologi, dan aksiologi.

Filsafat pendidikan terujud dengan menarik garis lniear antara filsafat dan pendidikan. Dalam hal ini filsafat seolah-olah dijbarkan secara langsung kedalam pendidikan dengan maksud untuk menghasilkan konsep pendidikan yang berasal dari satu cabang atau aliran filsafat, kisalnya dengan idealism. Konsep dasar tentang kenyataan yang pada hakikatnya, menurut idealism, adalah sama dengan hal-hal yang bersifat kerohanian ataupun yang lain sejenis dengan itu, maka pendidikan yang tersusun atas idea dan idealism, maka tujuan dari pada pendidikan itu adalah mengutamakan perkembangan aspek-aspek spiritual dan kerohanian pada peserta didik.

B.     Substansi filsafat pendidikan
Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmupendidikan adalah sebagai bagian darei fundasi-fundasipendidikan. Berarti bahwa filsafat pendidikan perlu mengetengahkan tentang konsep-konsep dasar pendidikan. Pendidikan di indonesia teraktualisasi dengan berdasarkan pada praksis dan praktik. Praksis sebagai acuan yang didasrkan pada landasan yang tersusun dalam bentuk kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan. Hal ini sekaligus sebagai acuan yang harus dipediommani dalam praktek pelajsabnaan pendidikan. Pancasila dan
UUD 1945 dan undang-undang pendidikan merupakan dasar atau landasan terhadap pelaksanaan pendidikan. Hal ini menjadikan pancasila, atau khususnya filsafat pancasila mempunyai kedudukan sentral dalam wawasan kependidikan dan nilai serta norma pancasila dan UUD 1945 itu melingkupi pendidikan secara keseluruhan baik itu teori maupun praktek.

C.     Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan
Filsafat sebagai pandangan hidup berisi nilai dan kebenaran yang dijunjung tinggi oleh penganutnya sekaligus merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan manusia, masyarakat atau bangsa.pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma tingkah laku poerbuatan yang didasarkan pada dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan tenaga keoendidikan dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin agar pelaksanaan pendidikan efktif, maka dibutuhkan landasab folosofi dan landasan ilmiah sebagai asa normatif dan pedoman pelaksanaan.

Dari uraian d atas dapat disimpulkan bahwa hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan adalah;
*      Filsafat dalam arti filosofi merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori pendidikan oleh para ahli
*      Filsafat berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menutrut aliran filsafat tertentu yang relevansi dengan kebutuhan yangbnyata
*      Filsafat dalam hal ini filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk arah dalam mengembangkan teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan

Dapat disimpulkan bahwa antara filsfat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tidak dapat di pishkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam sufilsafat merupakan pemberia arah dan pedoman dasar bagi usaha pendidikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar