Kamis, 01 Desember 2011

PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME : PENDIDIKAN INDONESIA = PENDIDIKAN WACANA?


OLEH : Fernandes Sinaga
Negara indonesia  yang terbentang dari sabang sampai merauke terdiri  dari berbagai etnis dan suku bangsa.di sabang ada suku aceh. Di sumatera ada suku batak yang terkesan kasar dan keras. Di papua ada suku asmat yang memelihara keteguhan adat dan istiadat leleuhurnya  serta warna kulit yang gelap dan masih banyak lagi suku bangsa di indonesia yang menyimpan berbagai keunikan dan kekhasan masing-masing.
Beragamannya keunikan dan kekhasanya yang dimiliki oleh setiap suku bangsa bagaikan dua sisi yang  berbeda dan saling bertolak belakang.  Di sisi yang satu keberagaman ini membuat kita berbangga hati. Bagaimana tidak, negara kita memiliki aneka ragam kekayaan etnik yang  berbeda antara satu etnik dan etnik lainnya sehingga kita dapat mengenali etnik tersebut lewat produk budayanya tersebut. Di sisi lain, beragamnya etnik yang dimiliki negara indonesia membuat negara indonesia sering dilanda konflik-konflik antar etnik.
Selama ini banyak konflik-konflik serta masalah – masalah yang dialami  bangsa indonesia yang dilatarbelakangi oleh perbedaan etnis. Kita lihat bagaimana peristiwa Februari 1993 di sampit, konflik etnis antara etnis madura dan etnis dayak. Juga konflik yang terjadi baru-baru ini di jawa tengah juga dilatarbelakangi oleh perbedaan etnis . selain itu persepsi masyarakat terhadap satu budaya etnis tertentu masih sangat minim.
Kita sering kali mendengar ejekan-ejekan etnis yang ada di sekitar kita. Seperti halnya batak berekor, jawa makan kutu, manipol ( mandailing polit) dan padang pancilok. Ejekan-ejekan tersebut harusnya tidak pantas kita dengar karena dapat menjadi awal konflik antar etnis. Memang ada yang mau jika kita dikatakan makan kutu. Tetapi jika kita memahami latar belakang mengapa ejekan tersebut diberikan pada suku tersebut, maka kita akan paham bahwa itu hanya leluncon.
Selain itu di dalam masyarakat kita juga sering mendengar adanya streotip terhadap suatu etnis tertentu. Masyarakat yang belum paham perbedaan antar etnis cenderung menganggap etnis mereka lebih tinggi (superior) di atas segalanya di bandingkan dengan suku lain yang di anggap lebih rendah ( inferior). Streotip ini cenderung untuk menimbulkan cara menyikapi yang negatif terhadap suku lainnya. Padahal setiap manusia sama kedudukannya di mata hukum walaupun terdiri dari etnis yang berbeda.
Toleransi antar umat beragama juga perlu ditata kembali. Agama adalah wilayah yang sangat rentan sebagai awal pemicu konflik. Kita dapat malihat di beberapa negara. Perang saudara antar etnis yang dilatarbelakangi perbedaan agama,perang antar agama dan banyak lagi konflik keagamaan yang telah menggores luka di hati bangsa indonesia.
Di samping itu untuk membangun pondasi-pondasi mental bangsa yang sudah mulai keropos ditelan zaman dan modernisasi serta globalisasi. Perlu ditanamkan kembali sikap saling menghargai dan toleransi untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan dan kesatuan itu dapat terwujud jika setiap masyarakat indonesia bisa memahami , menghargai dan menghormati etnis lain diluar dari etnisnya.pemahaman tentang etnis tidak dimadsudkan untuk mempengaruhi akar budaya yang ada pada diri sendiri, melainkan agar kita bisa tahu dan tidak ada lagi sikap remeh dan sepele terhadap etnis lainnya.
Pendidikan multiclture merupakan jawaban atas berbagai permasalahan etnis yang selama ini terjadi. Di tingkat satuan SMP/SMA perlu di tanamkan pendidikan multiculture ini. Dengan demikian sikap menghargai, menghormati dan memahami etnis lain sudah tertanam di dalam diri kita. Selain itu pendidikan multiculture dapat menjadi  bekal bagi pengetahuan budaya kita sendiri dan budaya orang lain.

PENDIDIKAN MULTIKULTUR
“My parent are Black and White American. I come from a long heritage. I am of France, English, Irish, Dutch, scottish, Canadian, an African descent. I don’t really used race. I always say, My father’s Black and my mother’s White, I am mixed. “But i am American, I am a human. That’s my race; I’m part of the human race.”
“orang tua ku berasal dari kulit hitam dan kulit putih. Saya berasal dari banyak nenek moyang dan keturunan. Saya Prancis, Inggris, Jerman, Skotlandia, Canada dan Afrika.  Aku tidak yakin akan perjalanan itu. Saya selalu berkata ayah saya hitam dan ibu saya putih dan Saya adalah campuran, ini jalan ku. Jalan kemanusian”
Pendidikan berbasis multikultural  merupakan suatu yang relatif baru di dalam dunia pendidikan. Sebelum dikenalnya pendidikan berbasis multikultural, pendidikan dijadikan sebagai alat politik untuk mendapatkan kekuasaan dan alat untuk memonopoli suAtu sistem pendidikan tertentu. Dengan kata lain pendidikan multikultural ini merupakan suatu fenomena baru yang dalam kehidupan masyarakat pendidikan yang mengharapkan adanya persamaan hak, kedamaian dan tidak adanya perpecahan termasuk hak untuk mendapat pendidikan yang sama di mata hukum, hak untuk merasakan ketertiban dan kedamaian. Tetapi jika dilihat perkembangkan pendidikan multikltural dapat menjadi suatu pondasi yang kuat dalam membangun suatu sistem pendidikan.
Pendidikan multikultural merupakan suatu pendidikan yang menjelaskan dan berusaha pengakui keberadaan etni lain di dalam masyarakat yang plural dsan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (James A Bank, 2001)
Dalam perkembangannya pendidikan yang bersifat rasis (nonmultikultural) ada empat (4) fase perkembangan pendidikan, yakni
1.         SISTEM PENDIDIKAN SEGREGASI ( pendidikan rasis zaman kolonial)
Pendidikan semacam ini dapat kita lihat pada sisitem pendidikan  zaman penjajahan kolonial diindonesia. Pada zaman itu, kelompok pribumi ( penduduk asli indonesia)/ kelompok bumi putera hanya mendapatkan pendidikan yang minim dan ala kadarnya sedangkan kelompok kolonial/penjajah mendapatkan pendidikan yang lebih. Dapat dibayangkan kualitas pendidikan anak-anak bumiputera jauh lebih rendah dibandingkan pendidikan anak-anak kaum kolonial. Dalam sistem pendidikan zaman ini juga dikenal adanya sistem pendidikan kondansi, dimana dalam sistem ini anak-anak penguasa (kolonial) dapat melanjutkan pendidikannya di negara induknya ( fatherland). Tentu sistem pendidikan semacam ini melahirkan jurang pemisah yang sangat jauh antara anak-anak bumiputera dan anak-anak kaum penjajah (kulit putih).


Demikian juga jika sistem pendidikan ini dipertahankan,maka konflik antar kelompok etnis semakin ramai. Sejatinya dalam kehidupan sosial segregasi telah membagi dan mengkotak-kotakan kehidupan masyarakat kedalam kelas-kelas yang berbeda yakni kelas yang lebih tinggi yang dimiliki oleh kaum kulit putih (penguasa) dan kelas yang lebih rendah yang dimiliki oleh kaum bumiputera. Kaum kulit putih (penguasa) selalu mendapat hak yang istimewa, termasuk dalam pendidikan. Sistem pendidkan semacam ini perlu ditentang. jika tidak, semakin lebar jurang pemisah yang terjadi didalam kehidupan masyarakat.
2. SISTEM PENDIDIKAN SALAD BOWL
Dalam tahap pendidikan ini setiap kelompok etnis dapat hidup berdampingan secara damai dan keseluruhan merupakan perpaduan dari berbagai budaya masing-masing yang berdiri sendiri. Di satu sisi pendidikan semacam ini memang menjanjikan suatu solusi persatuan dan kedamaian dan dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan dari masing-masing etnis. Tetapi bisa saja setiap etnis hidup secara berdampingan namun tidak saling memperdulikan antara satu dengan lainnya. Masing-masing etnis hanya memperdulikan dirinya sendiri dan asalkan tidak saling menggangu. Tentu pendidikan semacam ini akan mengingkari hakehat sosial manusia yang membutuhkan inyteraksi dan komunikasi antara sesama. Bagaimana interaksi dan komunikasi bisa  terjadi jika setiap etnis hanya mementingkan kelompoknya tertentu.

3. SISTEM PENDIDIKAN MELTING POT
Dalam tahap pendidikan ini setiap kelompok etnis menyadari adanya perbedaan antar sesamanya. Dengan menyadari perbedaan tersebut mereka dapat hidup bersama secara berdampingan. Dalam tahap pendidikan melting pot ini setiap kelompok kebiudayaan tertentu seakan dipaksa untuk mensintesiska budayanya kedalam suatu budaya yang dianggap pantas. Meskipun setiap masyarakat kebudayaan mencoba mempertahankan unsur-unsur budayanya tetapi untuk menciptakan suatu keadaaan sosial yang kondusif dan rasa damai mereka harus mengorientasikan budaya mereka kedalam satu budaya. Hal ini mengakibatkan punahnya suatu budaya dari kelompok etnis tertentu untuk membangun suatu kekuatan yang menyatukan semua kelompok etnis tadi.
4. SISTEM PENDIDIKAN MULTIKULTUR
Dibandingkan ke tiga sistem pendidikan diatas , sistem pendidikan multikultur adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kesempatan yang sama kepada setiap kelompok etnis. Pengaruh yang signifikan tampak pada lahirnya sebuah paradigma dan pandangan baru mengenai multukultural pendidikan yang memberikan penghargaan terhadap semua etnis tanpa ada pembedaan agama, ras dan asal-usul. Bunyi undang-undang dasar pasal 31 yang menginginkan adanya kesamaan atas kesempatan dalam memperoleh pendidikan tanpa adanya gangguan dari pihak manapun.
 Dalam pendidikan multikultural juga datang bagaimana kita menghargai kebudayaan dari masing-masing etnis sehingga dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dipahami bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat yang multu etnis dan plural seperti  indonesia. Dalam hal ini perlu perubahan dalam tujuan pendidikan, kurikulum dan proses belajar mengajar juga kedudukan sekolah dalam masyarakat yang multikultur. Dapat juga dilakukan dengan menampilkan video pembelajaran yag berbasiskan multikultur. Video pembelajaran yang berbasis multukultur tersebut dapat berupa tampilan dari berbagai hasil-hasil kebudayaan dari masing-masing etnis. Seperti makanan khas, pakaian adat, rumah adat, cerita rakyat dan bentuk-bentuk khas dari setiap etnik tertentu.
Dengan menampilkan hasil-hasil kebudayaan tersebut setiap orang dapat memahami kebudayaan masyarakat lain tanpa harus mengejek dan merendahkan etnis lain. Disamping itu dengan pengenalan kebudayaan tersebut setiap masyarakat dapat lebih menghargai dan menghormati setiap tindakan-tindakan kebudayaan yang dilakukan oleh setiap etnis tertentu. Dalam sisitem pendidikan multikultur ini juga meminimalisir tidak akan ada perbedaan berdasarkan suku dan tidak ada lagi  prasangka-prasangka buruk terhadap kelompok-kelompok etnis yang lain. Selain itu pendidikan multikultural akan memberikan suasana baru dalam melanjutkam tujuan pendidikan, yakni dengan adanya studi kultural (cultural studies).
Pengaruh studi kultural ini dalam pendidikan multikultur sangatlah besar. Dalam studi kultural dibahas secara luas dan kritis mengenai arti budaya dalam kehidupan manusia. Ternyata budaya memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan kerjasama dan konflik antar sesama manusia. Terjadi konflik di dalam masyarakat multi etnis dapat juga diasumsikan sebagai akibat dari adanya pandangan dalam memahami suatu kebudayaan etnis tersebut. Untuk itu ada baiknya jika kita mengetahui lebih dahulu kekuatan-kekuatan yang ada didalam budaya setiap etnis tersebut.kekuatan Budaya masing-masing etnis tersebut dapat dimanfaatkan  bagi kepentingan bersama selain dari kelompoknya sendiri. Pendidikan multikultur dapat digunakan sebagai wadah untuk mencapai kehidupan bersama dari umat manusia didalam era globalisasi yang penuh tantangan. Pemahaman mengenai budaya mengandung potensi-potensi yang bermanfaat untuk manusia walaupun dapat menimbulkan konflik saling salah paham dalam komunikasi antar etnis. Ada baiknya jika  pendidikan berbasis multikultural semakin disadari dan dijadikan sebagai acuan untuk mengurangi berbagai perpecahan dan konflik antar etnis yang belakangan ini banyak muncul melanda negara indonesia yang diaplikasikan melalui pemahaman antar budaya dan antar etnis.
PENDIDIKAN PANCASILA DI INDONESIA
Cita-cita negara indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan negara yang sangat mulia. Undang-undang dasar dan pancasila merupakan falsafah negara ini yang semua nilai dan dogma yang terkandung di dalamnya harus dijunjung tinggi. Jika dipilah dan dianalisa satu per satu, sila-sila pancasila secara keseluruhan mengandung prinsip Ketuhanan, kemanusian,  Persatuan, musyawarah untuk mufakat dan Keadilan sosial. Sebagai aplikasinya, cita-cita tersebut akan sangat mudah dicapai jika semua masyarakat dan pemimpin negara ini mampu melaksanakan dengan baik.
Jika dapat memilih antara kesadaran hukum, kepemimpinan dan pendidikan untuk membenahi maka saya akan memilih membenahi pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang fundamental dalam kelansungan sebuah (seorang) invidu, kelompok,organisasi bahkan negara dan bangsa. Jika pendidikan indonesia benar-benar dibenahi dengan konsep pancasila dan multikulturalisme tadi maka tidak akan sulit bagi masyarakat mengatakan “kami sejahtera”.
Pendidikan di indonesia dari zaman kolonial hingga sekarang masih jauh dari cerminan pendidikan pancasila. Hal terutama yang mempengaruhi adalah keberagaman dan etnisitas yang menghuni negara kita ini. Selain itu faktor kesenjangann sosial serta keadaan ekonomi membuat wajah pendidikan indonesia semakin jauh dari konsep Pancasila.
Pelaksaan pendidikan di indonesia sendiri justru lebih condong kepada pendidikan Duit (uang/materi). Pendidikan yang baik hanya bisa dirasakan oleh orang-orang kaya. Jarang ada anak pejabat bersekolah di sekolah-sekolah Non favorit. Semua anak pejabat di negara ini pasti sekolah di sekolah-sekolah favorit. Sangat jarang anak yang berasal dari keluarga kurang mampu sekolah di sekolah favorit semacam SMAN 1 MEDAN, SMA SUTOMO, SMA St. Thomas dan lain lain.
Hal mendasar dari pelaksanaan pendidikan tersebut bukanlah “persaingan kompetensi”. Bayi-bayi pendidikan yang berasal dari kalangan ekonomi lemah sebenarnya bukannya tidak mampu bersaing secara kompetensi. Karena ekonomi lemah tadi, untuk mencoba testing ke sekolah favorit tadi pun mereka berpikir dua kali. Jika mereka testing ke sekolah SUTOMO misalnya dan akhirnya mereka lolos seleksi, berapa biaya yang diperlukan oleh setiap individu untuk bisa masuk ke SMA SUTOMO. Hal inilah mungkin yang menjadi pertimbangan mereka.
Belakangan ini muncul lagi wacana akan dirintisnya sekolah dengan nama Sekolah berstandart Nasional (SBN) dan Sekolah standart Internasional (SBI). Secara akademis kemunculan sekolah bersatandart nasional dan sekolah berstandart internasional memang memberikan sedih harapan perubahan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Namun,seperti disebutkan diatas tadi bahwa pendidikan tidak hanya melibatkan pengetahuan kognitif saja. Karena dalam pendidikan ada 3 aspek yang harus di capai yakni kognitif (knowledge),psikomotorik dan afektif.
Kehadiran sekolah berstandar nasional dan sekolah berstandar internasional akan menambah beban pendidikan masyarakat. Mengapa? Dengan adanya pilihan sekolah seperti itu akan membuat para orang tua bingung dalam memilih sekolah mana yang cocok bagi anaknya. Lag-lagi persoalan yang muncul ada masalah biaya. Sekolah nasional dan sekolah internasional hanya didirikan bagi anak-anak yang memiliki kemampuan ekonomi yang tinngi. Uang sekolah antara sekolah internasional/nasional dengan sekolah-sekolah lainnya tentu sangat mencolok begitu juga dengan uang lainnya seperti uang pembangunan, uang SPP dan keperluan lainnya yang memerlukan biaya yang banyak.

Sedikit menyorot kinerja lembaga pendidikan negeri yang ada diindonesia. Berkembang asumsi dikalangan masyarakat bahwa lembaga-lembaga pendidikan negeri memiliki mutu pendidikan yang rendah dibandingkan lembaga pendidikan swasta. Menurut mereka lembaga pendidikan negeri seperti SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri memiliki guru-guru yang tidak memiliki etika profesionalisme. Pernah saya tanya kenapa, alasan mereka “songon dia do guru-guru di Negeri on,laho belajar do murid i suruh hu juma”.(bagaimana guru-guru di sekolah negeri ini, anak saya sekolah mau belajar, ini disuruh keladang”). Hal ini mengambarkan bahwa pendidikan profesi guru juga perlu ditingkatkan.
Terakhir, para stakeholder pendidikan juga perlu mengawasi jalannya seleksi penerimaan siswa baru di setiap tingkatan sekolah. Beberapa sekolah negeri, terutama sekolah-sekolah yang bonafit. Mereka tidak memberikan test pengetahuan kepada siswa barunya tetapi dengan sokongan berapa banyak uang yang mereka terima siswa baru tersebut bisa lulus testing. Di negara demokrasi ini, peran pemerintah dalam meningkatkan kesehjateraan masyarakatnya termasuk dalam bidang pendidikan. Sampai saat ini pendidikan diindonesia hanya wacana saja.
DASAR PEMIKIRAN PENDIDIKAN MULTUKULTUR
Dalam proses pendidikan, pengetahuan bukan hal yang mutlak untuk dicapai. Dalam pendidikan sikap menghargai dan menghormati antar sesama juga sangat penting. Karena jika sikap menghargai dan menghormati maka persatuan akan terjaga. Dengan persatuan dan kesatuan maka tujuan pendidikan dapat dicapai. Pendidikan multikultur juga dapat digunakan sebagai solusi meminimalisir konflik dalam masyarakat. Dengan memahami budaya etnis lain, prangsangka-prasangka buruk terhadap etnis tersebut akan hilang secara pelan-pelan. Selain itu pengetahuan akan budaya kita sendiri akan semakin kuat. Dengan kuatnya akar budaya kita maka dapatlah dicapai tujuan pendidikan yang berbasis multikultural ini.
Dasar pendidikan multikultur  berusaha menjelaskan 3 hal dalam menjalankan pendidikan multikultur ini. Yakni, ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya. Masyarakat perlu memiliki kesadaran bahwa semua masyarakat tanpa memandang etnis dan asal-usul tertentu memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam pendidikan. Perbedaan harus dipandang sebagai sesuatu yang wajar  dan harus diterima. Perbedaan itu diterima sebagai sesuatu yang unik yang bisa memberikan dan melahirkan sikap toleransi  agar bisa hidup berdampingan tanpa ada sikap membeda-bedakan.
Yang kedua adalah adanya gerakan pembaharuan pendidikan. Beberapa sekolah memiliki sikap menolak secara halus terhadap siswa dengan membuat  aturan-aturan  yang hanya bisa dipenuhi oleh golongan pendidikan tertentu. Hal ini memunculkan kesenjangan di dalam lingkungan sekolah. Sehingga muncul sekolah-sekolah favorit yang hanya diisi oleh golongan pendidikan yang terdiri dari orang kaya. Ada juga kebijakan yang cenderung diskriminasi. Sama halnya seperti beberapa etnis yang sepertinya dibatasi sehingga menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan pendidikan.
Yang terakhir, proses pendidikan multikultur. Kita harus memandang bahwa pendidikan multikultur merupakan suatu proses yang terus-menerus. Pendidikan multikultur bukan hanya sekedar teori saja. Memang semua manusia menginginkan adanya keadilan gender, ras dan menghilangkan diskriminasi. Tetapi sikap diskriminasi tidak bisa langsung dihilangkan dan harus  dicapai dengan pelan-pelan.

DAFTAR PUSTAKA
Banks, James A. 1993. Multicultural Education Issue and perspective. Needham Heights, Massaxhussetts. All andBbacon.
Filsafat Pendidikan.2011. Tim Penganjar. Universitas Negeri Medan
Suharyanto, Agung.2011. Multikulturalisme. Percetakan :Medan
Setiawan,Denny. 2010. Studi Masyarakat Indonesia (Bahan Ajar). FIS. Medan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar